Claudio Ranieri bawa Cagliari Promosi Serie A, akankah menjadi Dejavu?
Claudio Ranieri bawa Cagliari, Setelah satu musim absen dari kasta tertinggi sepakbola Italia, Cagliari memastikan satu tempat untuk kembali ke Serie A Italia musim depan. Secara dramatis Cagliari berhasil lolos dari Playoff setelah sukses mengantongi AS Bari dengan skor tipis 1-0. Gol kemenangan baru tercipta pada menit 90+4 lewat eksekusi dingin Leonardo Pavoletti yang sukses menggetarkan jala penjaga gawang AS Bari sekaligus memupus harapan AS Bari untuk lolos ke Serie A Italia. Dengan agregat gol 2-1 membuat Cagliari dengan bangga bisa kembali merumput dalam kompetisi tertinggi di Italia tersebut musim depan. Keberhasilan Cagliari tentu tidak akan bisa kita pisahkan dari peran seorang nahkoda bak juru selamat, Claudio Ranieri. Ranieri membuktikan bahwa usia hanyalah angka, bukan penghalang untuk memberikan kontibusi yang maksimal. Dalam artikel ini, akan dibahas secara detail tentang perjalanan karir kepelatihan Claudio Ranieri serta bagaimana kisah Ranieri mampu membawa Cagliari lolos Play Off Serie A Italia.
Pelatih Rasa Juru Selamat
Claudio Ranieri merupakan salah satu pelatih sepak bola terbaik di dunia saat ini. Pelatih berkebangsaan Italia itu sering dijuluki sebagai juru selamat. Sebab lewat tangan dingin Ranieri, selalu tercipta banyak kejutan yang berujung pada aksi penyelematan. Bagaimana tidak, ketika Ranieri sampai di Cagliari pada akhir Desember 2022 lalu, Cagliari masih bercokol di posisi ke-14 klasemen Serie B. Hanya separuh musim waktu yang diberikan kepada Ranieri untuk memperbaiki prestasi Cagliari dalam kompetisi Domestik Italia.
Apa yang dilakukan Ranieri sungguh diluar nalar, hingga akhir musim posisi Cagliari melonjak sangat pesat dari posisi ke-14 menuju posisi ke-5 klasemen yang membuat Cagliari masuk babak Playoff memeperbutkan satu tiket untuk promosi ke Serie A Italia musim depan mendampingi Frosinone dan Genoa yang berada di posisi ke-1 dan 2 yang sudah dipastikan lolos ke Serie A Italia.
Pada babak Playoff, Cagliari bersaing dengan AS Bari, Sudtirol dan AC Parma. Di babak semifinal Playoff, Cagliari bertemu dengan AC Parma yang diperkuat oleh legenda hidup Timnas Italia, Gianluigi Buffon dalam dua laga kendang dan tandang. Pada leg pertama kendang, Cagliari sukses meraih kemenengan tipis 3-2 atas Parma. Kemudian pada leg kedua di markas AC Parma, Cagliari bermain imbang tanpa gol dan membuat Cagliari lanjut ke babak final Play off bertemu AS Bari.
Di babak final playoff, laga leg pertama dilaksanakan di Sardegna Arena, markas kebanggaan Cagliari. Namun kedua tim hanya berhasil mencetak masing-masing satu gol dan membuat laga hanya berakhir imbang 1-1.
Dari hasil imbang yang didapat tersebut, membuat Cagliari menjadi cemas dan harus mendapatkan kemenangan saat bertandang ke San Nikola, markas AS Bari pada leg kedua. Sebab jika hasil di leg kedua berakhir imbang maka Cagliari dipastikan tidak akan lolos ke Serie A lantaran posisi AS Bari yang berada di posisi ke-3 dan Cagliari di posisi ke-5. Regulasi mengatur bahwa tim dengan posisi finish yang lebih tinggi pada klasemen regular yang akan berhak mendapat tiket promosi jika dua laga final play off berakhir imbang. Jelas ini menjadi angin segar bagi AS Bari.
AS Bari berada diatas awan. Sebab hingga menit ke 90 waktu normal, skor masih imbang 0-0 dan ini membuat AS Bari fokus pada lini pertahanan untuk menahan serangan yang bertubi-tubi dari Cagliari. Usaha yang dilakukan Rossoblu akhirnya membuahkan hasil. Seisi stadion San Nikola seketika terkejut saat Leonardo Pavoletti menjadi sosok pahlawan dalam laga tersebut dengan gol yang ia ciptakan pada menit 90+4. Keunggulan ini berakhir hingga peluit Panjang ditiup oleh wasit serta menjadi kemenangan yang Dramatis bagi Cagliari. Sejarah yang berulang, Claudio Ranieri mengulangi hal yang sama ketika membawa Cagliari lolos promosi secara dua tahun beruntun dari Serie C ke Serie B dan dari Serie B ke Serie A Italia pada tahun 1988 dan 1999. Selain itu, Claudio Ranieri juga pernah menghantarkan Leicester City promosi ke Premier League dan setahun berikutnya langsung menjadi kampiun Premier League pada musim 2015/2016.
Pencapaian Ranieri bersama Cagliari musim ini berbanding terbalik dengan apa yang dialami oleh Leicester City. Sebab pada musim 2022/2023 ini, Leicester City hanya berhasil finish di posisi 18 klasemen akhir premier League. Tertinggal dua angka dari everton yang berada di peringkat 17 dan berhasil mempertahankan posisi untuk tetap bermain di Premier League musim depan. Sedangkan Leicester City harus menelan pil pahit dengan terdegradasi ke divisi dua liga inggris.
Apa yang telah dicapai oleh Claudio Ranieri bersama Cagliari merupakan bentuk kecintaan dan rasa terima kasih kepada klub yang telah membesarkan namanya saat berkarir di dunia kepelatihan. Sentuhan magis seorang Ranieri membuat kualitas permainan skuad Cagliari meningkat pesat. Bagaimana tidak, saat Ranieri datang sebagai nahkoda baru Cagliari di paruh musim, Cagliari mampu tampil perkasa dengan meraih 22 kemenangan beruntun. Sebelumnya Cagliari hanya kalah dua kali selama dilatih oleh sang maestro Claudio Ranieri. Gelar juru selamat sangat pantas disandang oleh Ranieri yang belum tentu dapat dilakukan oleh pelatih sekelas Jose Mourinho, Pep Guardiola, Jurgen Klopp dan pelatih kelas dunia lainnya. Menarik untuk ditunggu bagaimana kisah Cagliari di Serie A musim depan. Apakah hanya menjadi speasialis papan tengah, pejuang menolak degradasi di papan bawah, atau bisa menjadi pesaing tangguh dalam perebutan gelar juara seperi yang pernah dilakukan oleh Ranieri saat menukangi Leicester City pada musim 2015/2016. berita bola
Perjalanan Karir Claudio Ranieri
Pelatih sekaligus mantan pesepakbola profesional dengan nama lengkap Claudio Ranieri lahir pada tanggal 20 Juli 1951 di kota Roma, Italia. Ia memulai karir kepelatihannya pada tahun 1986 dengan melatih klub Vigor Lamezia. Sejak saat itu, Ranieri mulai berkelana melatih banyak klub. Diantaranya yaitu, Puteolana pada tahun 1987-1988, meatih Cagliari pada 1988-1991, datang ke Napoli pada 1991-1993, menukangi Fiorentina pada 1993-1997, tampil apir bersama Valencia pada 1996-1997, datang ke Atletico Madrid pada 1999-2000, hadir di Chelsea pada 2000-2004, kembali melatih Valencia pada 2004-2005, melatih Parma secara singkat pada 2007, melatih Juventus dari 2007-2009, melatih serigala ibu kota AS Roma pada 2009-2011, melatih Inter Milan pada 2011-2012, datang ke AS Monaco pada 2012-2014, melatih Timnas Yunani pada tahun 2014, membuat sejarah bersama Leicester City dari tahun 2015-2017, melatih Nantes pada 2017-2018, datang ke Fulham pada 2018-2019, kembali melatih AS Roma tahun 2019, menukangi Sampdoria pada 2019-2021, datang ke Watford pada 2021-2022, dan sekarang Ranieri sukses menghantarkan Cagliari promosi ke Serie A Italia.
Selama menjalani karir kepelatihan, Claudio Ranieri juga sukses memeroleh berbagai trofi diantaranya, yaitu:
- Trofi Serie C1 pada musim1988/1989, trofi Coppa Italia Serie C pada musim 1988/1989, serta trofi Serie B sekaligus Promosi Serie A musim 1989/199r0vw0dxwf2cy65a/Claudio-Ranieri-bawa-Cagliari-Promosi-Serie-A.jpg?rlkey=ypd0wl0 yang diraih bersama Cagliari.
- Trofi Copa Del Rey musim 1998/1999, trofi UEFA Intertoto Cup tahun 1998, dan trofi UEFA Super Cup tahun 2004 yang diraih bersama Valencia CF.
- Trofi Serie B musim 1993/1994, trofi Coppa Italia musim 1995/1996, dan trofi Supercopa Italiana tahun 1996 yang diraih bersama Fiorentina.
- Trofi Ligue 2 musim 2012/2013 yang diraih bersama AS Monaco.
- Trofi Premiere League musim 2015/2016 yang diraih bersama Leicester City.